Evolusi sebuah komunitas di Indonesia

Ketika Cargill mengakuisisi Hindoli pada 1996, banyak dari 8.500 petani penggarap perkebunan tersebut mempertanyakan maksud perusahaan. Bagi mereka, perusahaan besar hanya tertarik untuk menghasilkan uang dan menunjukkan sedikit kepedulian kepada warga setempat.

Tetapi pendekatan Cargill berbeda: dengan keyakinan bahwa komunitas yang kuat akan menghasilkan pertumbuhan bisnis yang kuat, perusahaan berfokus pada para petani dan keluarga mereka. “Kami membantu komunitas untuk memanfaatkan peluang ekonomi dan mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi keluarga mereka,” kata Anthony Yeow, Presiden Direktur Hindoli. Tidak sekadar perkebunan penghasil minyak sawit lestari, Hindoli akan menjadi komunitas kehidupan holistik, lengkap dengan kebijakan ketenagakerjaan terbaik di industri yang berfokus pada keberagaman dan pelibatan, program kesehatan komprehensif, serta fasilitas lengkap yang memenuhi kebutuhan keluarga Indonesia modern.

Cargill membentuk divisi pengembangan petani purnawaktu untuk memberikan latihan yang beragam dari praktik pertanian yang lestari hingga manajemen bisnis. Pada 2010, para petani Hindoli menjadi yang pertama disertifikasi menurut Prinsip & Kriteria Petani Penggarap Pertemuan Minyak Sawit Lestari (RSPO), membantu mereka menerima gaji tahunan tiga kali lebih besar dibanding rata-rata nasional.

Seiring perkebunan berevolusi, begitu pula komunitas di sekitarnya. Cargill membangun sekolah, jalan, dan rumah sakit, meningkatkan infrastruktur daerah. Dampaknya terlihat pula di kota kecil tetangga, Sungai Lilin, tempat rumah, restoran, dan hotel baru bermunculan. Setelah dapat mengakses Internet, komputer, dan ponsel cerdas, warga komunitas dapat terhubung dengan dunia, dan dengan satu sama lain, tidak seperti sebelumnya.

Hindoli adalah investasi besar pertama Cargill di minyak sawit Indonesia. Kini, perkebunan ini menjadi model konservasi lingkungan, pemberdayaan petani penggarap, dan dukungan komunitas.